Terlepas dari apapun pekerjaan orang tua, semangat anak untuk sekolah tidak boleh padam. Jika orang tua tidak bisa membiayai, mencari beasiswa bisa jadi pilihan. Hal yang sama terjadi pada Herayati. Anak dari tukang becak yang berani bermimpi untuk jadi lulusan S2.
Hasilnya, di usia 22 tahun, Herayati yang harusnya masih berstatus sebagai mahasiswa S1, kini sudah menjadi lulusan S2 ITB tanpa merepotkan kedua orang tuanya.
Herayati, anak tukang becak yang cerdas
Herayati anak dari pasangan Sawiri dan juga Durah mengejutkan publik karena berhasil menyelesaikan pendidikannya di ITB dalam usia yang masih sangat muda. Tidak tanggung-tanggung, Herayati lulus dengan predikat cumlaude pada 2 pendidikan tinggi yang ditempuhnya.
Saat wisuda S1, Herayati lulus dengan predikat cumlaude dengan IPK 3.37. Sedangkan saat wisuda S2, Herayati lulus dengan predikat cumlaude dengan IPK 3.8. Predikat cumlaude yang didapatkan oleh Herayati juga mengesankan karena hanya butuh waktu 10 bulan saja.
Motivasi kuliah di ITB
Hal menariknya Herayati memang memiliki obsesi untuk kuliah di ITB sejak ia masih duduk di bangku SMP. Hal ini disebabkan karena salah satu guru SMP dari Herayati juga merupakan lulusan dari ITB dan pendidikannya gratis full dibiayai oleh beasiswa.
Hal ini membuat Herayati menjadi bersemangat dan menjadikan ITB sebagai sekolah yang diharapkannya dimasa depan. Herayati yang akrab di panggil Hera ini melihat secercah cahaya untuknya bisa melanjutkan pendidikannya.
Cerita guru SMP Hera adalah orang yang menjadi motivasi dan panutan Hera untuk bisa bersekolah setinggi-tingginya terlepas dari kendala biaya. Kini Hera bisa menjadi tumpuan keluarga dan mengangkat derajat orang tuanya.
Selain karena mendapatkan pandangan untuk kuliah di ITB dari guru SMP-nya, Hera juga makin bersemangat karena ITB merupakan salah satu universitas terbaik.
Hera juga sangat menyukai pelajaran kimia semasa ia SMA. Mengetahui bahwa ITB memiliki jurusan kimia yang terbaik membuat Hera makin mantap untuk melanjutkan pendidikannya di universitas terbaik kedua di Indonesia ini.
Sempat ditentang orang tua
Meski Hera memiliki kecerdasan dan memiliki cita-cita yang tinggi, kondisi ekonomi memang membuatnya menjadi sedikit terhambat. Bukan dari bisa tidaknya ia mendapatkan beasiswa tapi orang tuanya yang kurang yakin dengan keputusan Hera.
Orang tua Hera khawatir dengan keputusan Hera karena masalah biaya pendidikannya. Akan tetapi sekali lagi Hera mendapatkan bantuan, tetangga Hera meyakinkan orang tua Hera untuk tidak mengkhawatirkan biaya pendidikan. Pasalnya biaya pendidikan ini sepenuhnya akan ditanggung dari beasiswa Hera.
Dengan bantuan dari tetangganya, Hera berhasil mengantongi izin dari orang tuanya untuk bisa berkuliah di ITB. Kini ia dan orang tuanya hanya perlu menunggu nikmat lain yang dibawa oleh Hera berkat ketekunan yang dimilikinya.
Kegiatan masa kini
Setelah lulus dengan predikat cumlaude di usia 22 dari universitas teknik paling bergengsi membuat Hera memiliki mimpi yang tinggi. Kini ia juga berhasil menjadi seorang pengajar. Ya, kini Hera bekerja sebagai seorang dosen di universitas yang biasa.
Akan tetapi cita-cita dara muda ini tidak terbatas menjadi seorang dosen saja. Ia memiliki cita-cita yang lebih tinggi sembari melaksanakan kegiatan mengajarnya. Hera mengajar di teknik kimia dasar dan mulai mengajari sejak bulan September 2019.
Rencana dan cita-cita masa depan
Meski saat ini sudah mengajar di salah satu universitas, Hera tidak mudah puas dengan pencapaiannya tersebut. Dengan kecerdasan yang dimilikinya, Hera berharap ia bisa menjadi seorang dosen tetap di universitas negeri. Oleh karena itu, ia harus lulus dalam ujian CPNS.
Bagaimana? Ada banyak hal yang menarik bukan yang bisa diambil dari semangat Hera? Betapa sebuah status orang tua harusnya tidak boleh menjadi penghalang dalam pencapaian kamu dan betapa semangat dapat mengubah jalan hidup seseorang.
Hera juga adalah seorang yang kuat, tidak mudah untuk menempuh pendidikan dengan biaya seadanya di antara teman-teman yang mungkin bergelimang kemewahan.
Semua semangatnya perlu diapresiasi. Apalagi dengan kelulusannya yang hanya membutuhkan waktu 10 bulan membuat kita semua juga harus memiliki semangat yang sama dalam meraih mimpi.