Bagi beberapa orang seonggok kayu memang sering diremehkan.
Namun di tangan para pengrajin satu batang kayu tua bisa disulap menjadi karya seni berharga puluhan juta rupiah. Apalagi jika jenis kayunya adalah sonokeling..
Sonokeling memang salah satu jenis kayu yang memiliki daya tahan dan kekuatan tinggi.
Memang proses penanaman pohonnya butuh waktu bertahun-tahun hingga sesuai dengan usia pemanenan.
Bisa dikatakan bongkot apabila kayu tersebut sudah berusia puluhan tahun. Harga pasarannya juga cukup fantastis, bahkan untuk panjang kayu lebih dari lima meter dan diameter satu meter saja dapat mencapai ratusan juta.
Proses pengerjaan untuk jenis bongkot memang harus teliti karena potensi harga jualnya tinggi.
Para pengrajin memotong kayu secara hati-hati agar setiap bagian bisa dijadikan properti bernilai seni tinggi.
Mendapatkan sonokeling bongkot dengan harga 25 juta rupiah saja tentu bisa menghasilkan untung besar. Meskipun dari luar tampilannya kurang meyakinkan namun kualitasnya tidak boleh diremehkan.
Beberapa produk yang sering dibuat menggunakan jenis ini adalah daun pintu, meja, dan kursi. Seniman juga sering menggunakannya sebagai ukiran yang mampu menghasilkan nilai artistik tinggi.
Apa Saja yang Dibuat Menggunakan Sonokeling Bongkot
Tergantung dari seniman yang mengolahnya, sonokeling bongkot bisa diubah menjadi berbagai macam kerajinan. Paling sering jenis kayu ini digunakan untuk meja karena memiliki daya tahan tinggi.
Meja yang terbuat dari sonokeling tidak akan menjadi mangsa rayap meskipun tidak digunakan bahan tambahan khusus. Untuk jenis lainnya memang membutuhkan bahan lain agar lebih tahan lama.
Selain untuk meja, daun pintu dari bahan sonokeling adalah primadona bagi para penggemar fanatik. Tipe tersebut mudah didesain sehingga hasil karyanya bisa lebih luar biasa.
Proses pemotongan dari sonokeling memang perlu lebih teliti karena melihat seratnya. Seorang profesional akan melakukan pemotongan menggunakan mesin otomatis agar hasilnya lebih akurat.
Khusus untuk karya seni harus digunakan alat dengan ketajaman tinggi agar tidak merusak serat. Para pengrajin juga memperlakukan secara istimewa seperti melakukan pengeringan total agar bahan lebih awet.
Apabila Anda ingin mengetahui bagaimana proses pemotongan sonokeling secara tepat ada baiknya mengunjungi kanal youtube Ulum Teguh. Sejak ditayangkan tanggal 9 Mei 2021 sudah 664.074 orang lebih menontonnya.
Bagaimana ketelitian para pengrajin kayu mengerjakan agar serat tetap terjaga sehingga menghasilkan karya maksimal. Anda dapat menggunakan link berikut agar dapat menyaksikan langsung
Kamu Harus Berani Keluar Dari Zona Nyaman Jika Ingin Mendapatkan Hal Besar
Keluar dari Zona nyaman? Apa itu?
Coba kamu bayangkan ikan yang sedang berenang di dalam toples bening. Ikan itu tidak akan dapat berenang di luar toples, meskipun toples itu kecil. Seandainya di bawah toples itu adalah danau, selamanya ikan akan tetap berada di toples kalau tidak berani melompat ke luar.
Perlu keberanian bagi ikan untuk lompat dari toples demi mendapatkan tempat yang lebih luas dan nyaman, yaitu danau.
Itulah zona nyaman. Ikan yang terus menerus hanya berada di toples memang aman.
Dia tidak perlu bersusah payah lompat ke udara agar bisa pindah ke danau. Dia juga tidak perlu hidup di danau yang mungkin banyak bahaya mengancam.
Tapi, ikan itu juga melewatkan kesempatan untuk hidup lebih bahagia di danau yang luas. Ikan juga membuang kesempatan untuk bertemu dengan hewan-hewan lain yang bisa saja menguntungkan.
Begitu juga dengan kamu. Ketika kamu berada di zona nyaman, kamu memang merasa nyaman dengan segala yang kamu dapatkan. Saking nyamannya, kamu tidak menyadari bahwa dirimu tetap berada di satu tempat dan tidak berkembang.
Untuk mendapatkan hal-hal yang lebih besar, kamu harus berani keluar dari zona nyaman. Kamu harus menempatkan diri di lokasi yang kelihatannya penuh bahaya, tapi sebenarnya justru menawarkan kesempatan berharga.
Ingat danau luas yang ada di cerita ikan di atas?
Kalau kamu berani keluar dari zona nyaman, ada kemungkinan kamu lebih mudah mencapai sukses. Pada akhirnya, hidupmu akan lebih nyaman.
Bagaimana keluar dari zona nyaman? Tentu saja pergi dari tempatmu saat ini, untuk mendapatkan hal yang lebih baik.
Saat memutuskan untuk keluar dari zona nyaman itu, mungkin kamu akan menggelepar seperti ikan yang jatuh di darat. Tapi, itulah saatnya kamu berkembang untuk lebih kreatif dan berusaha mencapai zona yang lebih tinggi.
Kita coba meninggalkan zona nyaman untuk lebih cepat mencapai sukses, yuk!
Inilah 3 Tradisi Budaya Bangka Belitung YG Perlu Kamu Ketahui
Selain keadaan alam yang sangat indah, Bangka Belitung punya tradisi budaya yang unik, lho.
Inilah 3 tradisi budaya yang selalu dilakukan masyarakat Bangka Belitung:
1. Perang Ketupat
Di Pulau Bangka terdapat tradisi ini, yang lebih dikenal dengan sebutan ruah tempilang. Acara ini diadakan setiap 1 Muharam. Lokasinya di Pantai Tempilang. Pada saat itu para penduduk di desa itu bersiap menerima tamu, siapa pun yang datang dalam rangka menghadiri acara tersebut.
Ruah tempilang adalah acara perang ketupat, dengan harapan masyarakat terus sejahtera. Mereka berkumpul di pantai. Ketika meriam ditembakkan, mereka saling melempar ketupat ke siapa saja yang mereka temui.
Begitu meriahnya acara ini, sampai-sampai orang yang sedang di rantau pun kerap sengaja pulang kampung, agar dapat mengikuti ruah tempilang.
2. Mandi Belimau
Adalah tradisi yang biasa dilakukan masyarakat Melayu, terutama Bangka Belitung dan Riau, dalam rangka menyambut bulan Ramadhan. Di Bangka Belitung, tradisi ini sudah dijalankan sejak 300 tahun yang lalu. Mandi belimau berarti pensucian diri baik lahir maupun batin, menggunakan air limau.
Caranya, masyarakat berziarah ke makam pahlawan atau tokoh masyarakat yang sangat dihormati. Setelah itu mereka pergi ke tempat belimau. Air belimau adalah air yang ditempatkan di guci dengan tulisan Arab. Air dicampur dengan bahan-bahan seperti daun serai wangi, daun pandan, daun dan buah limau purut, akar siak-siak, daun mentimun, mayang pinang, dan beberapa bahan lain. Yang membuat ramuan air ini adalah para kaum pandai dan ulama.
Air yang harum itu disiramkan ke badan, dengan niat untuk pembersihan diri sebelum menjalankan ibadah puasa. Setelah itu, masyarakat bersalam-salaman dan saling memaafkan, agar bersih lahir batin.
3. Selikur
Ini adalah tradisi menyalakan lampu likur. Tradisi ini dilaksanakan satu minggu sebelum lebaran. Pada saat itu masyarakat menyalakan lampu di depan rumah masing-masing, mulai 7 hari sebelum lebaran sampai malam takbiran. Hari pertama, lampu yang dinyalakan adalah satu buah. Hari kedua bertambah lagi satu buah. Pada malam takbiran, lampu yang terpasang berjumlah 7 buah.
Saat ini selalu diadakan lomba kreasi lampu likur hias antar desa. Masyarakat pun berlomba-lomba mengkreasikan lampunya, ada yang berbentuk masjid, ketupat, dan lain-lain. Lampu-lampu yang dilombakan diletakkan di pintu masuk desa.
Tradisi budaya ini sangat menarik. Kalau kamu berencana datang ke Bangka Belitung, waktunya bisa disesuaikan dengan adanya tradisi ini, agar dapat menyaksikannya.