Sukses Tanam Cabai Di Atap Rumah Bisa Panen Berlimpah Tiap Bulan

Lahan sempit di perkotaan seringkali menjadi halangan seseorang untuk berkebun.

Tapi hal ini tidak berlaku bagi Pak Daliman yang mampu menjadikan atap rumahnya menjadi kebun cabai.

Nah berikut kisah Pak Daliman dengan kebun cabai di atap rumahnya yang diupload CapCapung.

Seperti kita tahu bahwa perumahan di sekitar Malioboro, Jogjakarta sudah sangat padat.

Rumah Pak Daliman sendiri berada di dalam sebuah gang.

Meski demikian Pak Daliman tak mau berpasrah bergitu saja. Dengan strateginya, Pak Daliman berhasil menyulap atap rumahnya menjadi kebuh cabai produktif.

Pak Daliman mengaku memilih cabe untuk ditanam dibanding jenis sayuran lain karena bisa dipanen berkali-kali. Di atas rumahnya, Pak Daliman mampu menanam aneka jenis cabai seperti cabe setan, cabe rawit, cabe pelangi dan cabe keriting.

Hasilnya menurut Pak Daliman lumayan untuk berhemat belanja dan sebagian lagi dijual. Selain produktif untuk dikonsumsi dan dijual, cabai yang ditanam Pak Daliman ini juga berfungsi sebagai pagar.

Untuk budidaya cabai ini menurut Pak Daliman relatif mudah. Untuk media tanamnya cukup menyediakan polybag besar ukuran 45×45. Biarkan tanaman cabai ini terpapar sinar matahari. Namun hindari air hujan berlebih dengan menutupnya menggunakan plastik uv.

Selain penyiraman rutin setiap hari, lakukan juga pemupukan 1 bulan atau 2 minggu sekali dengan pupuk kandang. Pak Daliman juga tak lupa melakukan pemupukan cair.

Untuk panen di ambil ketika cabai berwarna oranye. Panen sendiri dilakukan Pak Daliman dalam 2 hari dengan mendapatkan setengah kilo cabai.

Sementara itu pemasarannya Pak Daliman menjualnya di sekitarnya dan di Bantul. Untuk pembasmian hama cabai yang kena penyakit rebonding, Pak Daliman menggunakan tembakau yang direndam dan kemudian disemprotkan.

Terakhir, Pak Daliman berpesan jangan putus asal kalau gagal harus diulangi lagi agar berhasil. Jangan lupa juga jika mau sukses untuk mau merubah diri kita sendiri serta jangan terlalu bersedih bila menemui kesulitan karena dibaliknya akan ada kemudahan.

Video ini dibuat oleh CapCapung, 28 Februari 2020 dan telah ditonton 7,3 juta kali.


Teluk Bayur YG Sangat Indah Pemandangannya

Sempatkanlah untuk selalu menikmati keindahan di sekitar Pelabuhan Teluk Bayur jika berada di Sumatera Barat. Ini bagus untuk anda melepas stres pada diri anda.

Teluk Bayur adalah salah satu kelurahan di Kecamatan Padang Selatan, Padang, Sumatera Barat, Indonesia.

Pelabuhan Teluk Bayur adalah salah satu pelabuhan yang terdapat di Kota Padang, provinsi Sumatera Barat, Indonesia. Pelabuhan Teluk Bayur sebelumnya bernama Emmahaven yang dibangun sejak zaman kolonial Belanda antara tahun 1888 sampai 1893.

Pelabuhan ini berfungsi sebagai pintu gerbang antar pulau serta pintu gerbang arus keluar masuk barang ekspor-impor dari dan ke Sumatera Barat.

Menelusuri Keindahan Danau Waduk Jatiluhur Purwakarta

Waduk Jatiluhur tentu sudah tidak asing lagi bagi para traveller.  Waduk Jatiluhur sendiri terletak di Kecamatan Jatiluhur, Kabupaten Purwakarta, Provinsi Jawa Barat (±9 km dari pusat Kota Purwakarta).

Bendungan Jatiluhur adalah bendungan terbesar di Indonesia. Bendungan itu dinamakan oleh pemerintah Waduk Ir. H. Juanda, dengan panorama danau yang luasnya 8.300 ha. Bendungan ini mulai dibangun sejak tahun 1957 oleh kontraktor asal Perancis, dengan potensi air yang tersedia sebesar 12,9 miliar m3 / tahun dan merupakan waduk serbaguna pertama di Indonesia.

Di dalam Waduk Jatiluhur, terpasang 6 unit turbin dengan daya terpasang 187 MW dengan produksi tenaga listrik rata-rata 1.000 juta kwh setiap tahun, dikelola oleh Perum Jasa Tirta II.

Selain dari itu Waduk Jatiluhur memiliki fungsi penyediaan air irigasi untuk 242.000 ha sawah (dua kali tanam setahun), air baku air minum, budi daya perikanan dan pengendali banjir yang dikelola oleh Perum Jasa Trita II. Selain itu juga terdapat sarana olahraga dan rekreasi air misalnya mendayung, selancar angin, kapal pesiar, ski air, boating dan lainnya.

Ke Kudus? Jangan Lupa Mampir ke Masjid Menara Kudus

Masjid Menara Kudus (disebut juga dengan Masjid Al Aqsa dan Masjid Al Manar) adalah sebuah mesjid yang dibangun oleh Sunan Kudus pada tahun 1549 Masehi atau tahun 956 Hijriah dengan menggunakan batu Baitul Maqdis dari Palestina sebagai batu pertama.

Masjid ini terletak di desa Kauman, kecamatan Kota, kabupaten Kudus, Jawa Tengah. Mesjid ini berbentuk unik, karena memiliki menara yang serupa bangunan candi. Masjid ini adalah perpaduan antara budaya Islam dengan budaya Hindu. Pada masa kini, masjid ini biasanya menjadi pusat keramaian pada festival dhandhangan yang diadakan warga Kudus untuk menyambut bulan Ramadan.[1]

Masjid Menara Kudus ini memiliki 5 buah pintu sebelah kanan, dan 5 buah pintu sebelah kiri. Jendelanya semuanya ada 4 buah. Pintu besar terdiri dari 5 buah, dan tiang besar di dalam masjid yang berasal dari kayu jati ada 8 buah.

Menara Kudus memiliki ketinggian sekitar 18 meter dengan bagian dasar berukuran 10 x 10 m. Di sekeliling bangunan dihias dengan piring-piring bergambar yang kesemuanya berjumlah 32 buah. Dua puluh buah di antaranya berwarna biru serta berlukiskan masjid, manusia dengan unta dan pohon kurma.