Styrofoam kotak makan untuk media tanam kangkung

Silakan simak videonya diatas


Perjuangan Jurnalis yang Terlupakan

Jurnalis merupakan pekerjaan penuh tantangan dan rintangan. Tidak sedikit dari mereka yang harus bertaruh nyawa untuk mendapatkan berita teraktual, terkini dan terpercaya untuk masyarakat Indonesia.

Salah satu video mengenai bentuk perjuangan jurnalis dari Liputan 6 SCTV diunggah oleh akun Surya Citra Televisi pada 20 Mei 2019. Diceritakan beberapa jurnalis Liputan 6 yang gugur selama bertugas mencari berita terkini untuk masyarakat dalam program 23 Tahun Liputan 6 SCTV.

Video dengan judul Kisah Jurnalis Liputan 6 yang Gugur saat Jalankan Tugas – Liputan 6 Pagi itu telah ditonton sebanyak 470 ribu kali sejak tayang pada 20 Mei 2019. Juga telah mendapat 9 ribu likes dari para netizen yang telah menonton.

Kisah Haru Para Jurnalis

Kisah pertama datang dari Muhammad Guntur Syaifullah, salah satu jurnalis Liputan 6 SCTV yang gugur dalam peliputan karamnya KM Livina I. Beliau gugur setelah kapal yang diliput mendadak karam dan almarhum Muhammad Guntur Syaifullah wafat setelah terseret air dan tenggelam.

Berdasarkan penuturan salah satu saksi mata, Gusti Eka Sucahya yang saat itu menjabat reporter Indosiar, almarhum Muhammad Guntur Syaifullah lebih mempertahankan kamera dan terlambat menggapai tali penolong dari speed boat.

KM Livina I sendiri karam di kawasan Perairan Muara Gembong Bekasi pada 22 Februari 2007. Kapal feri dengan berat total 2000 ton itu mengalami kebakaran pada lokasi 60 mil laut atau 110 KM dari Pelabuhan Tanjung Priok.

Kisah kedua datang dari dua jurnalis Liputan 6 SCTV, Ferdinandusius dan Yance Iskandar. Keduanya wafat setelah pesawat Garuda Indonesia yang mereka tumpangi, GA152, mengalami kecelakaan di Sibolangit Sumatra Utara. Pesawat yang ditumpangi menabrak tebing akibat cuaca buruk.

Keduanya bermaksud meliput kebakaran hutan dan kabut asap di sekitaran Sumatra Utara pada 26 September 1997. Naas, pesawat yang mereka tumpangi mengalami kecelakaan hingga menewaskan keduanya.

Firasat Salah Satu Teman

Sebelum berangkat, Max, panggilan akrab Fernandusius, mengatakan kepada salah satu rekan sejawat yakni Raymond Kaya perihal uang. Raymond menyebutkan bahwa sebelum berangkat, Max membawa uang tunai 5 juta sebagai bekal dari Jakarta menuju Sumatra Utara.

Lebih lanjut, Raymond telah memberi saran untuk Max agar memasukkan uang tersebut ke dalam rekening bank dan diambil menggunakan ATM saat tiba di tujuan. Namun, Max menjawab, “Kau masih pikir uang saja, orang mau mati kok masih pikir uang.”

Tidak dinyana, ucapan tersebut merupakan pertanda bahwa Max benar-benar akan tiada setelahnya. Raymond menyebutkan, “Waktu itu ya saya pikir bercanda ya, tapi itulah percakapan saya sama almarhum terakhir ya.”

Komentar Netizen

Berbagai komentar dituliskan menanggapi duka dari gugurnya beberapa jurnalis Liputan 6 SCTV ini, banyak yang menuturkan turut berbela sungkawa dan juga mendoakan yang terbaik untuk mereka yang gugur ketika bekerja.

Mereka yang gugur dalam bertugas sebagai jurnalis news pantas di sebut sebagai pahlawan jurnalis Indonesia, oleh Aj T.

Meninggal ketika mencari nafkah, moga husnul khotimah… Amiin, oleh Soleh Ahmad

This is the hero of Indonesian journalists, oleh M.Fauzannn

Pekerjaan sebagai jurnalis bukanlah pekerjaan yang mudah. Banyak yang harus dikorbankan demi mencari berita terkini untuk masyarakat, mulai dari waktu dengan keluarga dan orang-orang tersayang hingga mengorbankan nyawa mereka.

Dituliskan pada akhir video, salah satu sajak dari Chairil Anwar:

Itu barisan tak bergenderang-berpalu
Kepercayaan tanda menyerbu
Sekali berarti
Sudah itu mati. (Chairil Anwar)

Untuk selengkapnya, video dapat diakses pada tautan berikut ini: